18 Agustus 2024

LOMBA 17 AGUSTUSAN, TRADISI YANG SANGAT MELEKAT DAN SELALU DITUNGGU TUNGGU

Bulan Agustus selalu menjadi bulan yang special bagi seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada. Bagaimana tidak? Setiap tahunnya masyarakat Indonesia selalu memperingati hari ulang tahun atau Dirgahayu Republik Indonesia dengan beragam kegiatan menarik. Momen upacara pun tidak pernah terlupakan untuk dapat sejenak khidmat menjalani upacara dan mengenang jasa para pahlawan yang telah berkorban demi tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia yang tahun ini genap berusia 79 tahun.

Selain upacara, tentu menyelenggarakan lomba menjadi hal yang wajib bagi banyak masyarakat Indonesia. Lomba-lomba selalu digelar untuk memeriahkan peringatan hari kemerdekaan yang biasa kita sebut ‘17 Agustusan’. Walaupun sederhana namun selalu dapat menciptakan ke-guyub-an masyarakat dan mengundang gelak tawa yang semakin menghangatkan suasana. Momen lomba ini selalu seru mengundang seluruh kalangan usia, dari mulai anak kecil bahkan hingga lansia juga bisa mengikuti lomba. Beragam hadiah juga disiapkan untuk semakin menambah keseruan kegiatan lomba dan sebagai bentuk apresiasi terhadap peserta lomba.

Dari tahun ke tahun meskipun hampir sama, namun kita tidak pernah bosan untuk menyaksikan bahkan mengikuti lomba lomba tersebut. Beberapa lomba yang begitu lekat dengan perayaan kemerdekaan Indonesia misalnya balap karung, makan kerupuk, panjat pinang, tarik tambang dan balap bakiak, lomba volly, karnaval jalan santai dll. Saat ini, lomba-lomba semakin beraneka ragam, meski begitu lomba-lomba diatas menjadi menu wajib bagi panitia lomba, karena merupakan ciri khas lomba 17 agutusan yang tidak boleh dihilangkan.

Namun, meski dilakukan hampir setiap tahun, tak banyak masyarakat Indonesia sadar asal mula tradisi perayaan 17 Agustus tersebut. Padahal, beberapa jenis perlombaan sebenarnya punya sejarah dan filosofi tersendiri. Dari mana awal mulanya?

Hingga kini tidak diketahui pasti siapa tokoh pelopor tradisi perlombaan untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Namun pastinya tradisi perlombaan pada hari kemerdekaan mulai marak pada saat Indonesia merayakan ulang tahun kelima pada tahun 1950 namun belum diketahui dengan jelas siapa tokoh yang dibalik perayaan lomba ini.

Di tahun tersebut, intensitas pertempuran merebut kemerdekaan mulai berkurang sehingga perlombaan ini dapat dinilai sebagai ungkapan kegembiraan dan perayaan atas kemerdekaan Indonesia. Menurut kepala Desa Duwet Agung Sugiarno acara 17an menjadi salah satu hiburan setiap tahunnya. Dari masa sebelum kemerdekaan hingga saat ini, berbagai perlombaan tersebut masih eksis menjadi penyemarak perayaan HUT RI.

Lomba yang digelar diantaranya balap kelereng, makan kerupuk, memasukkan sedotan ke dalam botol, voli sarung air, bola Volly, jalan santai karnaval dan lain-lain. Minarko, panitia lomba mengatakan, “Lomba sengaja digelar dan dibagi kedalam kategori kelompok dan kategori individu. Tentu selain menyemarakkan peringatan hari kemerdekaan, momen ini juga sebagai momen silaturahmi dan mengeratkan sinergi antar pegawai dan menciptakan suasana yang guyub rukun di lingkungan kerja.” Meskipun digelar dengan sederhana, namun momen lomba berhasil memecah tawa seluruh masyarakat, yang begitu antusian mengikuti rangkaian lomba.

Hadiah yang disiapkan juga menarik, yaitu ada Sepeda Listrik, sepeda gunung, meji com, kompor gas, setrika, uang pembinaan, dan masih banyak lagi, yang tentunya sangat menarik perhatian masyarakat untuk mengikuti kegiatan perlombaan tersebut.

Tidak hanya sekadar lomba, setiap lomba juga memiliki esensi dan makna-nya masing-masing loh misalnya lomba bakiak, bakiak merupakan permainan tradisional anak-anak Sumatra Barat yang dimainkan hingga tahun 1970-an.

Lomba makan kerupuk, meskipun sangat sederhana yaitu hanya sebatas diikat dan hanya diboleh dimakan tanpa menggunakan tangan, namun klomba makan kerupuk menjadi lomba yang paling ikonik karena sangat mencerminkan kondisi pada saat perebutan kemerdekaan dahulu kala. Ide lomba ini diawali dengan melihat kondisi masyarakat Indonesia di zaman penjajahan yang makan serba apa adanya. Kerupuk merupakan makanan yang murah dan mudah didapat oleh masyarakat, namun makanan sederhana ini tidak menyurutkan semangat juang  para pejuang kemerdekaan di masa penjajahan untuk menggapai kemerdekaan.

Beberapa jenis lomba banyak bermunculan saat ini, meskipun begitu sebagai masyarakat dan warganegara Indonesia, tentunya kita harus memaknai kegiatan tersebut sebagai bentuk sukacita merdekanya bangsa Indonesai dari jajahan bangsa lain. Kita boleh mengartikan sendiri esensi setiap lomba di benak masing-masing. Namun, satu hal yang pasti bahwa semua lomba menggambarkan sukacita dan perjuangan yang harus dilakukan para pejuang yang telah mendahului kita untuk mencapai kemerdekaan. Meskipun zaman semakin berkembang, namun kita perlu untuk mempertahankan tradisi ini. (Tulisan dan gambar oleh : Kasi Pelayanan)

HERI SANURI (KASI PELAYANAN)    IBNU ANGGRI PRABANTARA (SEKRETARIS DESA)    SARNI (KASI PEMERINTAHAN)    SUNYOTO (KAUR TATA USAHA DAN UMUM)    WURUK WIDODO (KAUR KEUANGAN)    NILAM CAHYA MUKTI (KASI KESEJAHTERAAN)    RINA REFRIANI (KAUR PERENCANAAN)    SUGRIWO (KAMITUWO 1)    AGUNG SUBAGYO (KAMITUO 2)    PURWANTO (KAMITUO 3)    ANDIK WIBOWO (STAFF TATA USAHA DAN UMUM)