10 Juli 2024

SOSIALISASI PENGOLAHAN PUPUK KANDANG UNTUK BEBERAPA TANAMAN LOKAL DALAM MENUNJANG PERTANIAN SEKULER DARI IPB (INSTITUT PERTANIAN BOGOR)

     Selasa (09/07/2024) Pihak peneliti dari IPB yang terdiri dari dosen peternakan dan pertanian serta mahasiswa mengadakan sosialisasi terkait dengan pengolahan pupuk kandang. Acara ini dihadiri oleh 30 peserta yang mana adalah para petani dan juga peternak. Tujuan dari acara ini ini adalah untuk memberikan edukasi kepada petani desa untuk pengolahan pupuk sendiri. 

     Pupuk yang dapat diolah diantara berasal dari kotoran hewan yaitu ayam, sapi, maupun kambing. Pengolahan pupuk ini dibantu dengan menggunakan cairan “tetes”. Tetes ini mengandung bakteri yang dapat mempercepat masa kematangan pupuk. Perlu diketahui, bahwa kotoran hewan bersifat panas, maka perlu diolah terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk, biasanya kematangan pupuk ini bisa memakan waktu yang lama sekitar 1 sampai dengan 2 bulan sampai dapat digunakan, namun dengan menggunakan “tetes” ini hanya memerlukan waktu 14 hari. 

   Cara pengolahannya adalah dengan memberikan “tetes” pada kotoran tersebut yang dicampur dengan perbandingan 1:10. Yaitu 1 liter tetes dan 10 liter air, setelah itu ditutup dan 3 hari sekali diaduk. Dengan cara ini para petani dapat memperbanyak pupuk sendiri, karena harga tetes per botol sekitar Rp 25.000,- s.d Rp 35.000,-

    Tips untuk pemupukan yang baik adalah pupuk diletakkan didalam tanah sehingga akar dapat langsung dengan mudah menyerap nutrisi dari pupuk, hal ini juga berlaku pada penanaman bibit, pada lubang galian diberi pupuk lebih dahulu baru diatasnya ditanami bibit tanaman, dengan begini akar tanaman yang baru tersebut dapat langsung mengkonsumsi nutrisi dari pupuk.

Selain terkait pupuk, pada sosialisasi ini para peserta juga antusias membahas terkait hewan ternak. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para peserta :

1. Penyebab hewan susah hamil

Hewan memiliki siklus reproduksi yang disebut siklus estrus yaitu masa subur. Ciri-cirinya adalah bersuara keras, apabila waktu ditunggangi pejantan responnya diam saja, pada bagian belakang berwarna merah dan agak bengkak disertai dengan keluar cairan. Biasanya permasalahan reproduksi pada kambing khususnya, adalah hormonal atau organ reproduksi. Untuk siklus reproduksi, 40 hari setelah melahirkan kambing bisa kawin lagi, namun pada masa ini masih harus mengurus anak-anaknya. Untuk menangani masalah hormonal ini bisa kembali normal dengan diberi pakan yang bagus. 

2. Sapi yang kotorannya tidak normal (terlalu banyak) dari pada sapi-sapi yang lain

Sapi mempunyai kondisi tertentu untuk kebutuhan pangannya, misalkan pada sapi bunting akan makan lebih banyak namun kotoran yang dikeluarkan akan sedikit. Namun jika tidak pada kondisi tertentu seperti ini, bisa dilihat dari banyaknya sapi mengunyah. Sapi yang perutnya sehat akan mengunyah rumput maupun jerami lebih dari 35x. Apabila sapi mengunyah sekitar antara 20x s.d 30x maka perutnya sakit, hal ini bisa diatasi dengan memberikan obat herbal yaitu kunyit dan temulawak, maupun diberikan obat EM4. Namun apabila sapi mengunyah kurang dari 20x maka lebih baik sapi segera dijual saja, hal ini menandakan sapi tersebut perutnya sakit (asidosis) asam lambung yang parah menyebabkan perutnya ’mbrodol’ 

3. Sapi kencingnya merah (disertai darah)

Penyebabnya adalah karena parasit darah, pengobatannya adalah dengan disuntik

4. Induk domba tidak mau menyusui anaknya

Asi sangat penting bagi anak domba, apalagi 24 jam pertama setelah kelahiran asi domba ini berwarna lebih kuning daripada biasanya karena mengandung kolostrum yang berguna untuk memberikan ketahanan untuk anak domba, maka dari itu jika induk tidak mau menyusui maka harus diperas dan anak domba diharuskan minum dari induknya.

Hal ini bisa diatasi dengan mempersiapkan kelahiran, yaitu dengan dilihat pada sebelum melahirkan apakah induk tersebut bagian putingnya sudah turun, apabila tidak turun maka domba tersebut kekurangan nutrisi. Hal ini bisa diatasi dengan diberikan minyak jelantah pada pakannya atau diberikan daun turi, boleh diberikan daun lamtoro namun tidak boleh terlalu banyak karena bisa menyebabkan keguguran.

5. Tanaman tebu gampang berbunga

Tanaman tebu memiliki 2 fase yaitu fase perkembangbiakan dan fase membesarkan dirinya. Dalam kasus ini berarti fase perkembangbiakannya lebih cepat, hal ini bisa jadi dipengaruhi salah satunya oleh tanah (unsur yang terkandung dalam tanah). Untuk hal ini harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada tanahnya di laboratorium. Namun sedikit tips yang disampaikan adalah setelah menanam tebu sebaiknya tanah ini ditanami kacang agar tanahnya sehat.

    Setelah semua pertanyaan telah dijawab, acara ini dilanjutkan dengan praktek pengolahan pupuk. Pertama 1 karung kotoran ayam yang sudah tercampur dengan sekam padi dicampur dengan 1 karung tanah. Setelah itu 1 ember air diberikan 3 tutup botol “tetes” setelah dicampurkan, air tetes ini disiramkan ke campuran kotoran dan tanah tadi. Setelah hasilnya tanah sudah agak basah dan tercampur semua, ditutup. Tiga hari sekali campuran ini harus diaduk supaya panasnya merata. Dan setelah 14 hari pupuk ini dapat digunakan.

 

   Demikianlah sosialisasi ini diharapkan bermanfaat bagi warga Desa Duwet. Selain akan meneliti kandungan tanah di Desa Duwet, pihak peneliti dari IPB juga merencanakan meneliti sumur (air) yang ada di Desa Duwet apakah dapat dijadikan air konsumsi. Pemerintah Desa Duwet juga berterimakasih karena mendapatkan ilmu baru bagi kesejahteraan warganya, selain itu juga memberikan dukungan terhadap penelitian ini.

HERI SANURI (KASI PELAYANAN)    IBNU ANGGRI PRABANTARA (SEKRETARIS DESA)    SARNI (KASI PEMERINTAHAN)    SUNYOTO (KAUR TATA USAHA DAN UMUM)    WURUK WIDODO (KAUR KEUANGAN)    NILAM CAHYA MUKTI (KASI KESEJAHTERAAN)    RINA REFRIANI (KAUR PERENCANAAN)    SUGRIWO (KAMITUWO 1)    AGUNG SUBAGYO (KAMITUO 2)    PURWANTO (KAMITUO 3)    ANDIK WIBOWO (STAFF TATA USAHA DAN UMUM)